Jumat, 29 November 2013

PENGARUH PENGHIJAUAN PADA ATAP BANGUNAN




PENGARUH PENGHIJAUAN PADA ATAP BANGUNAN

Penghijauan pada hunian atau bangunan (berlantai banyak) sebetulnya memiliki keuntungan yang bisa diukur secara kuantitatif, berupa keuntungan financial dan secara kualitatif berupa keuntungan dari aspek lingkungan, social, dan estetika (keindahan).
Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain:

PENURUNAN SUHU
Material atap pada bangunan biasanya terbuat dari material yang keras dan berwarna gelap dengan nilai albedo yang rendah (nilai pemantul/reflektivitas yang rendah). Hal ini turut menyumbang naiknya suhu di perkotaan (efek pulau pemanasan perkotaan), di mana suhu di kota lebih tinggi disbanding di daerah pinggiran. Dampak dari kenaikan suhu perkotaan yaitu pemanasan global dan pemborosan penggunaan energi.

Penghijauan dapat mengurangi efek kanopi kabut/asap di atas lingkungan kota secara langsung dengan cara membayangi area yang menyerap panas, dan secara tidak langsung  melalui pendinginan secara evapotranspirasi (evapo-transpirational cooling), selain itu mengurangi panas akibat pemantulan kembali radiasi (re-radiation). Hanya sekitar 20% dari energy surya yang jatuh pada permukaan daun pada pohon akan dipantulkan kembali. 
 Sebatang pohon dapat melakukan proses evapo-transpirasi sebanyak 151,4 liter air/hari, Jumlah ini setara dengan memindahkan kalor panas yang dihasilkan oleh seratus buah lampu 100 w yang dinyalakan selama 8 jam/hari.
Jadi, keuntungan yang didapatkan dari tanaman pada atap bangunan adalah penurunan suhu permukaan dan udara, pengurangan jumlah radiasi sinar matahari yang diserap oleh atap, dan pengurangan panas yang diterima oleh atap

MEMPERBAIKI KUALITAS UDARA
Atap bertanaman dapat memperbaiki kualitas udara secara langsung dengan cara menyaring partikel yang berterbangan di udara dengan daun dan dahannya.
Meningkatnya suhu udara di atas permukaan atap turut mempengaruhi reaksi kimiawi yang menyebabkan rendahnya kandungan ozon di udara, di mana kondisi ini faktor terpenting dalam pembentukan polusi. Dengan demikian, dengan menjaga suhu udara tetap rendah, penghijauan pada atap bangunan dapat meningkatkan kualitas udara melalui pembentukan ozon.
Sistem atap bertanaman dapat menyaring kandungan logam berat dan zat berbahaya lainnya dari air hujan, melalui mekanisme penyaringan alami tergantung pada jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah yang dipergunakan pada atap bertanaman.

MEMPERBAIKI PENYERAPAN AIR HUJAN
Salah satu cara praktis untuk mengendalikan air limpahan (run off) di daerah perkotaan yaitu menggunakan atap bertanaman karena kemampuannya untuk menyimpan air hujan. Dari aspek lingkungan, hal ini berarti berpengaruh positif seperti berkurangnya kontaminasi permukaan dari air hujan, mengurangi erosi tanah dan meningkatkan kehidupan tanaman dan makhluk hidup lain (hewan).


Beberapa perkecualian pada iklim tropis dapat mempengaruhi penyerapan air oleh atap bertanaman. Pertama, seringnya hujan lebat dapat mengakibatkan terjadinya erosi pada atap bertanaman yang baru dibangun dan proses pelarutan tanah akan berlangsung lebih cepat. Kedua, kondisi suhu udara harian di daerah tropis menyebabkan tingginya proses penguapan dan pembentukan biomassa, dengan demikian menaikkan tingkat penyerapan airnya.






sumber :aishamulyasyafitri.blogspot.com
PENGURANGAN KARBON DIOKSIDA DAN PENINGKATAN JUMLAH OKSIGEN
Tanaman dapat menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen ke udara dalam proses fotosintesis. Oleh karena itu, kestabilan dari komposisi udara akan turut terjaga oleh tanaman.
Lewat proses fotosintesis, area tanaman seluas 155m2 dapat menghasilkan cukup oksigen untuk satu orang selama 24 jam. 

Sebatang pohon yang besar dapat menghasilkan cukup oksigen untuk 10 orang setiap jam.
Kemampuan atap berpenghijauan pada bangunan bertingkat terbukti dapat mengurangi jumlah energy yang dibutuhkan untuk penyejukan udara, dan secara tidak langsung akan mengurangi emisi (buangan) karbondioksida dari mesin pembangkit listrik.

PENGURANGAN KEBISINGAN
Atap bertanaman dapat mengurangi tingkat kebisingan hingga 50 dB (decibel). Lapisan tanah setebal 12-20 cm dapat mengurangi tingkat kebisingan hingga 40-46 dB. Lapisan tanah cenderung untuk meredam frekuensi rendah sedangkan pepohonan meredam frekuensi yang tinggi.
Kemampuan atap bertanaman meredam kebisingan sangat dipengaruhi oleh berat lapisan tanah (substratnya dan tingkat kebocoran suara melalui lubang atap lainnya seperti skylight, atrium, dan sebagainya.

(sumber: buku Atap bertanaman ekologis dan fungsional, Henry Feriadi dan Heinz Frick)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar